PENERAPAN PENDIDIKAN
SEPANJANG HAYAT DALAM MEWUJUDKAN MASYARAKAT BELAJAR
MAKALAH INI DISUSUN
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH BAHASA INDONESIA SEMESTER PERTAMA PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA
OLEH:
Martina Fitrianingsih
12144600124/A4-12
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN
ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI
YOGYAKARTA
2012
Halaman Pernyataan
Keaslian Tulisan
Saya
yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Martina Fitrianingsih
NPM :
12144600124
Program
Studi : PGSD
Fakultas : FKIP
Judul
Makalah : Penerapan Pendidikan Sepanjang Hayat
dalam Mewujudkan Masyarakat Belajar.
Menyatakan
dengan sesungguhnya bahwa makalah yang saya tulis ini benar-benar merupakan
pekerjaan saya sendiri, bukan merupakan pengambilan alihan tulisan atau pikiran
orang lain yang saya akui sebagai hasil tulisan atau hasil pikiran saya
sendiri. Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan karya tulis ini
hasil jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Yogyakarta, Desember 2012
Martina Fitrianingsih
KATA
PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Penerapan Pendidikan Sepanjang Hayat dalam Mewujudkan Masyarakat Belajar”.
Dalam penulisan karangan ilmiah ini penulis
menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada :
1.
Ibu Dr. Sunarti, M.Pd., selaku dosen pengampu mata kuliah Bahasa Indonesia.
2.
Rekan-rekan Kelas A4-12 PGSD FKIP Universitas PGRI Yogyakarta.
3.
Keluarga tercinta yang
telah memberikan dorongan dan bantuan.
4.
Semua pihak yang tidak
dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan bantuan dalam penulisan
makalah ini.
Penulis
menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu,
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Akhirnya
penulis berharap semoga penulisan makalah ini dapat bermanfaat, baik bagi
penulis khususnya dan bagi semua pihak yang membacanya.
Yogyakarta, Desember 2012
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR ............................................................................ i
DAFTAR ISI ………............................................................................... ii
BAB
I PENDAHULUAN ...................................................................... 1
A. Latar Belakang
............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................ 2
C. Tujuan
........................................................................................... 2
BAB
II PEMBAHASAN ........................................................................ 4
A. Pengertian
Pendidikan Sepanjang Hayat ..................................... 4
B. Dasar, Tujuan, dan Implikasi
Pendidikan Sepanjang Hayat ........ 8
C.
Alasan Pendidikan Sepanjang Hayat Diperlukan ......................... 14
D.
Konsep Pendidikan Sepanjang Hayat ........................................... 17
E. Mewujudkan Masyarakat Belajar ................................................. 25
F. Upaya Mewujudkan Masyarakat Belajar ..................................... 27
BAB. III PENUTUP ............................................................................... 31
A. Kesimpulan
.................................................................................. 31
B. Saran
............................................................................................ 33
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 34
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pendidikan
adalah suatu proses untuk menuju pendewasaan, di mana untuk mewujudan
pendidikan yang optimal diperlukan berbagai jenis pendidikan, tidak hanya
terpancang pada pendidikan formal saja. Melainkan juga diperlukan pendidikan
informal dan nonformal. Karena sejatinya pendidikan itu merupakan suatu proses
yang komplek di mana kesemuanya merupakan satu kesatuan. Begitu pentingnya
pendidikan inilah yang melatarbelakangi penulis dalam menyusun makalah ini.
Dewasa
ini perwujudan masyarakat belajar belum ada peningkatan seperti yang
diharapkan. Banyak upaya yang dilakukan pemerintah untuk mewujudkan pendidikan
yang merata, yang melingkupi semua lapisan masyarakat untuk meningkatkan
kualitas sumber daya manusia (SDM). Dalam upaya ini dibutuhkan pula campur tangan
dari masyarakat itu sendiri. Karena tanpa kedasaran dan kerjasama masyarakat,
perwujudan masyarakat belajar tidak akan tecapai. Karena pendidikan tidak hanya
diperoleh dari sekolah, melainkan dari kesadaran masyarakat untuk belajar
antara lain melalui membaca, internet, pengalaman, dan lain-lain.
Penerapan
belajar sepanjang hayat dalam mewujudkan masyarakat belajar sangat memberikan
kontribusi bagi peningkatan kualitas SDM. Dengan peningkatan tersebut, harkat
dan martabat masyarakat dapat terangkat di mata dunia. Oleh sebab itu, perlu
adanya pemerataan pendidikan yang tidak hanya didapat dari sekolah, namun juga
dapat terwujud dalam perpustakaan umum untuk meningkatkan minat baca
masyarakat.
B.
Rumusan
Masalah
Dalam
makalah ini, penulis akan membahas tentang ”Penerapan Pendidikan Sepanjang
Hayat dalam Mewujudkan Masyarakat Belajar” yang dibatasi oleh beberapa masalah
seperti berikut:
1. Apa pengertian pendidikan sepanjang
hayat?
2. Apa dasar, tujuan, dan implikasi
pendidikan sepanjang hayat?
3. Mengapa pendidikan sepanjang hayat
diperlukan?
4. Bagaimana konsep pendidikan
sepanjang hayat?
5. Bagaimana masyarakat belajar itu?
6. Upaya apa saja yang dilakukan untuk
mewujudkan masyarakat belajar?
C.
Tujuan
Tujuan
penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui apa pengetian
pendidikan sepanjang hayat.
2. Untuk mengetahui apa dasar, tujuan,
dan implikasi pendidikan sepanjang hayat.
3. Untuk mengetahui alasan pendidikan
sepanjang hayat diperlukan.
4. Untuk mengetahui konsep pendidikan
sepanjang hayat.
5. Untuk mengetahui bagaimana
masyarakat belajar itu.
6. Unutuk mengetahui upaya yang dapat
dilakukan dalam mewujudkan masyarakat belajar.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Pendidikan Sepanjang
Hayat
Pendidikan
merupakan suatu upaya sadar manusia untuk mendewasakan anak. Secara umum,
pendidikan merupakan suatu proses berkelanjutan yang mengandung unsur-unsur
pengajaran, latihan, bimbingan, dan pimpinan dengan tumpuan khas kepada
pemindahan berbagai ilmu, nilai agama, dan budaya serta kemahiran yang berguna
untuk diaplikasikan oleh individu (pengajar atau pendidik) kepada individu yang
memerlukan pendidikan.
Beberapa
pendapat pakar tentang pendidikan:
1. Crow and crow, mengartikan
pendidikan sebagai proses di mana pengalaman atau informasi diperoleh sebagai
hasil dari proses belajar.
2. John Dewey (pandangan pakar
pendidikan dari Amerika), berpandangan bahwa pendidikan ialah suatu proses
membentuk kecenderungan asas yang berupa akaliah dan perasaan terhadap alam dan
manusia.
3. Prof. Horne (tokoh pendidik di
Amerika), berpendapat bahwa pendidikan merupakan proses abadi bagi menyesuaikan
perkembangan diri manusia yang merangkumi aspek jasmani, alam, akaliah,
kebebasan, dan perasaan manusia terhadap Tuhan sebagaimana yang ternyata dalam
akaliah, perasaan, dan kemahuan manusia.
4. Herbert Spencer (ahli falsafah
Inggris (820-903M)), mengatakan bahwa pendidikan ialah mempersiapkan manusia
supaya dapat hidup dengan kehidupan yang sempurna.
5. Johan Amos Comenius (1592-1671),
mencetuskan konsep pendidikan bahwa pendidikan adalah untuk membuat persiapan
yang lebih berguna di akhirat nanti.
Pada
hakikatnya pendidikan diperoleh melalui proses yang terdapat di dalam suatu
masyarakat dan individu di dalamnya. Sehingga pendidikan itu tidak hanya berupa
pendidikan formal yang diperoleh di lembaga pendidikan saja, tetapi lebih
bersifat menyeluruh, yaitu adanya pendidikan informal dan nonformal yang
sebenarnya membantu tercapainya kesuksesan pembentukan kedewasaan anak. Semua
ini karena pada dasarnya pendidikan formal, informal, dan nonformal merupakan
suatu kesatuan yang saling berhubungan sehingga terdapat kesinambungan yang
tidak bisa terpisahkan dalam kaitannya untuk menciptakan manusia yang sempurna
dalam hal penguasaan iptek dan pengoptimalan potensi.
Pendidikan
sepanjang hayat merupakan asas pendidikan yang cocok bagi orang-orang yang
hidup dalam dunia transformasi dan di dalam masyarakat yang saling mempengaruhi
seperti saat zaman globalisasi sekarang ini. Setiap manusia dituntut untuk
menyesuaikan dirinya secara terus-menerus dengan situasi baru.
Pengertian
pendidikan sepanjang hayat menurut beberapa pakar pendidikan antara lain:
1. Delker (1974) mengemukakan bahwa
pendidikan sepanjang hayat adalah perbuatan manusia secara wajar dan alamiah
yang prosesnya tidak selalu memerlukan kehadiran guru, pamong, atau pendidik.
Proses belajar tersebut mungkin tidak didasari oleh seseorang atau kelompok
bahwa ia atau mereka telah atau sedang terlibat di dalamnya. Kegiatan belajar
sepanjang hayat terwujud apabila terdapatdorongan pada diri seseorang atau
kelompok untuk memenuhi kebutuhan belajar dan kepuasan, serta apabila ada
kesadaran dan semangat untuk belajar selama hayat masih di kandung badan.
2. Gestrelius (1977) mengemukakan bahwa
pendidikan sepanjang hayat mencakup interaksi belajar (pembelajaran), penentuan
bahan belajar dan metode belajar, lembaga penyelenggara, fasilitas,
administrasi, dan kondisi lingkungan yang mendukung kegiatan belajar
berkelanjutan. Ke dalam pendidikaan ini termasuk pula peranan pendidik dan
peserta didik yang harus dan saling belajar, pengelolaan kegiatan belajar, dan
faktor-faktor lainnya yang mendukung terjadinya proses belajar.
Arti
luas pendidikan sepanjang hayat (Lifelong Education) adalah bahwa
pendidikan tidak berhenti hingga individu menjadi dewasa, tetapi tetap
berlanjut sepanjang hidupnya. Pendidikan
sepanjang hayat menjadi semakin tinggi urgensinya pada saat ini karena,
manusia perlu menyesuaikan diri supaya dapat tetap hidup secara wajar dalam
lingkungan masyarakatnya yang selalu berubah. Dalam GBHN termaktub: “pendidikan
berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan di dalam lingkungan rumah tangga,
sekolah dan masyarakat. Karena itu, pendidikan ialah tanggung jawab bersama
antara keluarga, masyarakat dan pemerintah”. Ini berarti bahwa setiap insan di
Indonesia dituntut untuk selalu berkembang sepanjang hidupnya. Oleh karena itu,
masyarakat dan pemerintah harus menciptakan suasana atau iklim belajar yang
baik, sebab pendidikan formal bukanlah satu-satunya tempat untuk belajar.
Pendidikan
sepanjang hayat merupakan jawaban terhadap kritik-kritik yang dilontarkan pada
sekolah. Sistem sekolah secara tradisional mengalami kesukaran dalam
menyesuaikan diri dengan perubahan kehidupan yang sangat cepat dalam abad
terakhir ini dan tidak dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan atau tuntutan-tuntutan
manusia yang semakin meningkat. Pendidikan di sekolah hanya terbatas pada
tingkat pendidikan sejak kanak-kanak sampai dewasa, tidak akan memenuhi
persyaratan-persyaratan yang dibutuhkan dunia yang berkembang sangat pesat.
Dunia yang selalu berubah ini membutuhkan suatu sistem yang fleksibel.
Pendidikan harus tetap bergerak dan mengenal inovasi secara terus-menerus.
Melalui proses belajar sepanjang hayat inilah manusia mampu meningkatkan
kualitas kehidupannya secara terus-menerus, mampu mengikuti perkembangan ilmu
dan teknologi serta perkembangan masyarakat yang diakibatkannya dan budaya
untuk menghadapi tantangan masa depan, serta mau dan mampu mengubah tantangan
menjadi peluang.
Ciri-ciri
manusia yang menjadi pelajar sepanjang hayat (Cropley 1977:49):
1. Sadar bahwa dirinya harus belajar
sepanjang hayat.
2. Memiliki pandangan bahwa belajar
hal-hal yang baru merupakan cara logis untuk mengatasi masalah.
3. Bersemangat tinggi untuk belajar
pada semua level.
4. Menyambut baik perubahan.
5. Percaya bahwa tantangan sepanjang hidup
adalah peluang untuk belajar hal baru.
Pendidikan sepanjang hayat juga
mempunyai ciri-ciri, antara lain:
1. Pendidikan
sepanjang hayat mampu menghilangkan tembok pemisah antara sekolah dengan
lingkungan kehidupan nyata di luar sekolah.
2. Pendidikan
sepanjang hayat mampu menempatkan
kegiatan belajar sebagai bagian integral dari proses hidup yang
berkesinambungan.
3. Pendidikan
sepanjang hayat lebih mengutamakan
pembekalan sikap dan metode dari pada isi pendidikan.
4. Pendidikan
sepanjang hayat mampu menempatkan
peserta didik sebagai individu yang menjadi pelaku utama dalam proses
pendidikan.
B.
Dasar, Tujuan, dan Implikasi
Pendidikan Sepanjang Hayat
1. Dasar-Dasar Pendidikan Sepanjang
Hayat
Prinsip pendidikan manusia seutuhnya
berlangsung seumur hidup didasarkan atas berbagai landasan yang meliputi:
a. Dasar-dasar filosofis
Filosofis hakikat kodrat martabat
manusia merupakan kesatuan integral segi-segi:
1. Manusia sebagai makhluk pribadi (individualbeing).
2. Manusia sebagai makhluk social (sosialbeing).
3. Manusia sebagai makhluk susila (moralbeing).
Ketiga
esensial ini merupakan potensi-potensi dan kesadaran yang integral yang
dimiliki oleh setiap manusia serta menentukan martabat dan kepribadian
seseorang. Yang artinya bahwa individu itu merealisaikan potensi-potensi
tersebut secara optimal dan berkeseimbangan itulah wujud kejadiannya.
b. Dasar-dasar psikofisis
Merupakan dasar-dasar kejiwaan dan
kejasmanian manusia. Realitas psikofisis manusia menunjukkan bahwa pribadi
manusia merupakan kesatuan antara:
1. Potensi-potensi dan kesadaran
rohaniah baik dari segi pikis, rasa, karsa, cipta, dan budi nurani.
2. Potensi-potensi dan kesadaran
jasmaniah yang sehat dengan pancaindra yang normal secara fisiologis
bekerjasama dengan sistem saraf dan kejiwaan.
3. Potensi-potensi psikofisis berada di
dalam suatu lingkungan hidupnya, baik alamiah maupun sosial budaya.
c. Dasar-dasar sosio-budaya
Meskipun manusia adalah makhluk
ciptaan Tuhan namun manusia terbina pula oleh tata nilai sosio-budaya sendiri.
Inilah segi-segi budaya bangsa dan sosio psikologis manusia yang wajar
diperhatikan oleh pendidikan. Dasar-dasar segi sosio-budaya bangsa mencakup:
1. Tata nilai warisan budaya bangsa
seperti nilai keutuhan, musyawarah, gotong-royong dan tenggang rasa yang
dijadikan sebagai filsafat hidup rakyat.
2. Nilai-nilai filsafat Negara yakni
pancasila.
3. Nilai-nilai budaya nasional, adat
istiadat, dan lain-lain.
4. Tata kelembagaan dalam hidup
kemasyarakatan dan kenegaraan baik bersifat formal maupun nonformal.
2. Tujuan Pendidikan Sepanjang Hayat
Tujuan pendidikan manusia seutuhnya
dan seumur hidup ialah:
a. Tujuan untuk pendidikan manusia
seutuhnya dengan kodrat dan hakikatnya, yakni seluruh aspek pembawaannya
seoptimal mungkin.
b. Dengan
mengingat proses pertumbuhan dan perkembangan kepribadian manusia bersifat
hidup dinamis, maka pendidikan wajar berlangsung seumur hidup. Adapun aspek pembawaan (potensi
manusia), seperti: potensi jasmani (fisiologis dan pancaindera) dan potensi
rohaniah (psikologis dan budi nurani).
Dengan
adanya keseimbangan yang wajar antara potensi jasmani dan rohani, berarti kita
mengembangkan keduanya secara utuh sesuai dengan kodrat kebutuhannya, akan
dapat terwujud manusia seutuhnya.
3. Implikasi Pendidikan Sepanjang Hayat
Sebagai satu kebijakan yang mendasar
dalam memandang hakikat pendidikan manusia dapat kita jelaskan segi
implikasinya sebagai berikut:
a. Pengertian implikasi ialah akibat
langsung atau konsekuensi dari suatu keputusan.
b. Segi-segi implikasi dari konsepsi
pendidikan manusia seutuhnya dan seumur hidup:
1. manusia seutuhnya sebagai subyek
didik atau sasaran didik,
2. proses berlangsungnya pendidikan,
yakni waktunya seumur hidup manusia.
c. Materi pendidikannya
Dengan mengingat potensi-potensi manusia seutuhnya itu
(meliputi tujuh potensi), maka dapat dikembangkan wujud manusia seutuhnya itu
dengan membina dan mengembangkan sikap hidup:
1. Potensi jasmani dan pancaindera,
dengan mengembangkan sikap hidup sehat, memelihara gizi makanan, olah raga yang
teratur, istirahat yang cukup, dan lingkungan hidup bersih.
2. Potensi pikir (rasional), dengan mengembangkan kecerdasan, suka membaca, belajar
ilmu pengetahuan yang sesuai dengan minat, mengembangkan daya pikir yang
kritis, dan obyektif.
3. Potensi perasaan, dengan
mengembangkan perasaan etika dengan menghayati tata nilai Ketuhanan/keagamaan,
kemanusiaan, sosial budaya, filsafat, dan perasaan estetika dengan
mengembangkan minat kesenian dengan berbagai seginya, sastra, dan budaya.
4. Potensi karsa atau kemauan yang
keras, dengan mengembangkan sikap rajin belajar/bekerja, ulet, tabah menghadapi
segala tantangan, berjiwa perintis (kepeloporan), suka berprakarsa, termasuk
hemat, dan hidup sederhana.
5. Potensi cipta, dengan mengembangkan
daya kreasi dan imajinasi baik dari segi konsepsi-konsepsi pengetahuan maupun
seni-budaya (sastra, puisi, lukisan, desain, dan model).
6. Potensi karya, konsepsi, dan
imajinasi tidak cukup diciptakan sebagai konsepsi, semuanya diharapkan
dilaksanakan secara operasional. Inilah tindakan, amal, atau yang nyata.
Misalnya gagasan yang baik tidak cukup dilontarkan, kita berkewajiban merintis
penerapannya.
7. Potensi budi nurani, kesadaran
Ketuhanan, dan keagamaan, yakni kesadaran moral yang meningkatkan harkat dan
martabat manusia menjadi manusia yang berbudi luhur, atau insan kamil, ataupun
manusia yang takwa menurut konsepsi agama masing-masing.
Dengan mengembangkan ketujuh potensi
itu melalui sikap positif dan mendasar maka akan mencapai kesinambungan.
d. Wadah pendidikan sepanjang hayat
Pendidikan sepanjang hayat berwadahkan di semua lembaga pendidikan,
sumber-sumber informasi, sesuai dengan kepentingan perseorangan untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Oleh karena itu, lembaga dari pendidikan sepanjang
hayat adalah lembaga pendidikan yang
selama ini kita kenal, yaitu:
1. Pendidikan
sekolah
2. Pendidikan
luar sekolah
3. Sumber informasi baik berupa terbitan
buku, majalah, atau media massa seperti
media cetak atau elektronik ataupun sajian dalam internet.
Wadah pendidikan sepanjang hayat adalah semua lembaga
pendidikan yang ada. Wadah mana yang dipakai, tergantung pada apa yang
diperlukan oleh individu. Banyaknya pendidikan luar sekolah yang di awal
Indonesia merdeka hanya kursus mengetik, steno, dan memegang buku (administrasi
keuangan) kini sudah banyak sekali ragamnya dan kursus steno semakin surut
jumlahnya karna hadirnya teknologi baru.
Media belajar juga pesat perkembangannya. Secara
informal orang dapat belajar melalui televisi, radio, atau komputer. Orang
dapat belajar di tempat, di gedung di mana lembaga pendidikan itu berada tetapi
dapat pula belajar dari jarak jauh. Inilah perluasan wadah untuk belajar yang
tedadi saat ini.
C.
Alasan Pendidikan Sepanjang Hayat
Diperlukan
Pendidikan
sepanjang hayat diperlukan supaya meningkatkan persamaan distribusi pelayanan
pendidikan, memiliki implikasi ekonomi yang menyenangkan, dan esensial dalam
menghadapi struktur sosial yang berubah terdapat alasan-alasan kejuruan untuk
menetapkannya akan menghantarkan peningkatan kualitas hidup. Gagasan dasarnya
bahwa pendidikan harus dikonsepkan secara formal sebagai proses yang
terus-menerus dalam kehidupan individu, mulai dari anak-anak sampai dewasa.
Di dalam tulisannya, Cropley, dengan memperhatikan masukan dari sebagian pemerhati pendidikan, mengemukakan beberapa alasan diperlukannya pendidikan sepanjang hayat, antara lain: alasan keadilan, ekonomi, faktor sosial, perkembangan iptek, dan sifat pekerjaan.
Di dalam tulisannya, Cropley, dengan memperhatikan masukan dari sebagian pemerhati pendidikan, mengemukakan beberapa alasan diperlukannya pendidikan sepanjang hayat, antara lain: alasan keadilan, ekonomi, faktor sosial, perkembangan iptek, dan sifat pekerjaan.
1. Alasan Keadilan
Terselenggaranya pendidikan
sepanjang hayat secara meluas di kalangan masyarakat dapat menciptakan iklim
lingkungan yang memungkinkan terwujudnya keadilan sosial. Hinsen menunjukan
konteks yang lebih luas yaitu dengan terselenggaranya pendidikan sepanjang
hayat yang lebih baik akan membuka peluang bagi perkembangan nasional untuk
mencapai tingkat persamaan internasional (Cropley: 33). Dalam hubungan ini,
Bowle mengemukakan statemen bahwa pada prinsipnya dapat mengeliminasi peranan
sekolah sebagai alat untuk melestarikan ketidakadilan sosial (Cropley: 33).
2. Alasan Ekonomi
Tidak dapat dipungkiri, alasan
ekonomi merupakan alasan yang sangat vital dalam penyelenggaraan pendidikan.
Apalagi di negara berkembang, biaya untuk perluasan pendidikan dan meningkatkan
kualitas pendidikan hampir-hampir tidak tertanggulangi. Di satu sisi tantangan
untuk mengejar keterlambatan pembangunan dirasakan, sedangkan di sisi lain
keterbatasan biaya dirasakan menjadi penghambat. tidak terkecuali di negara
yang sudah maju teknologinya, yaitu dengan munculnya kebutuhan untuk memacu
kualitas pendidikan dan jenis-jenis pendidikan, dan mereka merasa berat beban
biaya penyelenggaraan pendidikan tersebut. Dalam hubungannya dengan masalah
tersebut, pendidikan sepanjang hayat yang secara radikal mendasarkan diri pada konsep
baru dalam pemrosesan pendidikan memiliki implikasi pembiayaan pendidikan yang
lebih luas dan lebih longgar (Cropley: 35).
3. Alasan Faktor Sosial
Faktor yang berhubungan dengan
perubahan peranan keluarga, remaja, dan emansipasi wanita dalam kaitannya dengan
perkembangan iptek. Perkembangan iptek yang demikian pesat yang telah melanda
negara maju dan negara-negara yang sedang berkembang memberi dampak yang besar
karena adanya perubahan-perubahan kehidupan sosial, ekonomi, dan nilai budaya.
Seperti berubahnya corak pekerjaan, status dan peran adolesen versus kelompok dewasa, hubungan sosial pekerja dengan
atasannya, khususnya bertambahnya usia harapan hidup dan menurunnya jumlah
kematian bayi, dan yang tak kalah pentingnya ialah berubahnya sistem dalam peranan
lembaga pendidikan. Fungsi pendidikan yang seharusnya diperankan oleh keluarga,
dan juga fungsi lainnya, seperti fungsi ekonomi, rekreasi, dan lain-lain, lebih
banyak diambil alih oleh lembaga-lembaga, organisasi-organisasi di luar
lingkungan keluarga, khususnya oleh sekolah. Jika dahulu masa anak-anak dan
remaja diartikan sebagai masa belajar dalam dunia persekolahan, sedangkan dunia
orang dewasa adalah dunia kerja, kini garis batas yang memisahkan kedua
kelompok usia tersebut sedang menjadi kabur.
4. Alasan Perkembangan Iptek
Uraian sebelumnya telah menjelaskan
betapa luasnya pengaruh perkembangan iptek dalam semua sektor pembangunan.
Meskipun diakui bahwa pengaruh tersebut di dalam dunia pendidikan belum sejauh
yang terjadi pada dunia pertanian, industri, transportasi, dan komunikasi.
Namun invensinya di dalam dunia pendidikan telah menggejala dalam banyak hal.
5. Alasan Sifat Pekerjaan
Kenyataan menunjukkan bahwa
perkembangan iptek disatu sisi dalam skala besar menyita pekerjaan tangan
diganti dengan mesin, tetapi tidak dapat dipungkiri di sisi yang lain juga
memberi andil kepada munculnya pekerjaan-pekerjaan baru yang menyerap banyak
tenaga kerja dan munculnya cara-cara baru dalam memproses pekerjaan. Akibatnya
pekerjaan menuntut persyaratan kerja yang selalu saja berubah.
D.
Konsep Pendidikan Sepanjang Hayat
Beberapa
konsep pendidikan sepanjang hayat antara lain:
1. Kehidupan
Fisik dan Pikiran
Kehidupan kemanusiaan dibangun oleh kehidupan:
a. Kehidupan
fisik
Berawal
dari kelahiran melalui ibu kandung, kemudian tumbuh dilengkapi dengan kehidupan
pikirannya yang semakin lama semakin sempurna dan menentukan keberadaan
kemanusiaanya.
b. Kehidupan
pikiran
Kehidupan pikiran manusia tidak saja
berupa untuk kerja dari bagian tubuh otak, saraf, dan indera baik yang bersifat
analisis maupun sintesis, melainkan juga merupakan sarana dan prasarana
memahami sumber dari segala sumber kreativitasnya.
Kehidupan
pikiran manusia dikembangkan secara sadar melalui pendidikan dan pengajaran di
sekolah baik formal maupun nonformal mulai dari Sekolah Dasar sampai Perguruan
Tinggi.
Kehidupan fisik manusia memerlukan
makan, minum, dan bergerak sehingga akan mati bila hal tersebut tidak
terpenuhi. Demukian pula kehidupan pikiran manusia akan mati bila tidak belajar
atau berpikir. Tidak jarang manusia fisiknya masih hidup tetapi pikirannya
sudah berhenti, sehingga kita harus tetap mawas diri apakah proses belajar
masih berlangsung dalam diri kita atau tidak.
2. Proses
Belajar
Proses belajar ditunjukkan dengan
adanya rasa ingin tahu yang dikemukakan dalam bentuk pertanyaan atau bertanya.
Sehingga bisa dikatakan bahwa tidak bertanya atau tidak ingin tahu berarti
tidak ada proses belajar. Semakin dewasa seseorang mestinya semakin canggih
proses belajar yang berlangsung dalam dirinya, berarti semakin canggih caranya
ia bertanya. Sehingga dengan demikian tanpa dibarengi rasa ingin tahu, kegiatan
seperti kuliah, membaca, atau praktikum bukanlah proses belajar yang
meningkatkan kehidupan pikiran seseorang, namun sekadar kegiatan merekam dan
latihan fisik belaka.
3. Metode
Mencari Jawaban
Upaya sistematik setelah merumuskan
rasa ingin tahu kedalam bentuk bertanya adalah dengan mencari jawaban. Terdapat
beberapa metode mencari jawaban untuk menjawab pertanyaan yang muncul dari rasa
ingin tahu, yaitu:
a. Berguru
Komunikasi dengan guru sangat
manusiawi karena diselenggarakan dengan nalar, rasa, bahasa, dan gerak yang
telah sama-sama dipahami. Kelembagaan berguru ini berkembang menjadi suatu
sistem pendidikan yang formal yang menganut paham-paham seakan-akan semakin banyak
guru adalah semakin baik.
b. Membaca
buku
Menbaca buku adalah cara yang paling
objektif untuk mengetahui berbagai informasi keilmuan yang merupakan kompilasi
pengalaman manusia yang tertulis secara sistematik. Membaca buku dapat
dilakukan oleh siapa saja, dimana saja, dan kapan saja. Dengan membaca buku
perpindahan informasi dapat langsung terjadi dari tangan si penulis ke seluruh
pembacanya.
Baca-tulis adalah budaya dasar umat manusia untuk meningkatkan
peradabannya. Oleh karena itu tingkat kemampuan membaca dan menulis adalah
kemampuan dasar kemanusiaan yang tidak akan tergantikan. Kemampuan seseorang
untuk membaca dan menulis harus dipelihara setiap saat. Terdapat beberapa hal
yang perlu diperhatikan dalam membaca, yaitu:
1. Kemampuan
berbahasa
Kemampuan berbahasa tidak sekadar
penguasaan perbendaharaan atau tata bahasa, tetapi juga mencakup kemampuan
berekspresi dan apresiasi. Di samping bahasa dari berbagai bangsa yang maju
tingkat keilmuannya, dalam beberapa hal matematika (ilmu pasti) juga merupakan
bagian dari bahasa keilmuan, terutama untuk secara tepat mengungkapkan tingkat
kepastian. Kemampuan berbahasa yang tinggi membuka peluang untuk mengungkap pengertian yang tersurat maupun
tersirat pada tingkat keseksamaan yang tinggi.
2. Kecepatan
membaca
Kemampuan untuk membaca dengan cepat
ini perlu dilatih, dipelihara, dan ditingkatkan. Huruf adalah lambang bunyi,
kata adalah lambang arti, kalimat adalah lambang pesan, dan alenia adalah
lambang pokok pikiran. Oleh karena itu, perlu dilatih membaca alenia agar dapat
menangkap pokok-pokok pikiran secara cepat dan tepat, yang bersamaan dengan itu
dapat ditangkap pesan utamanya dari kalimat kunci, dan pengertian dasarnya dari
kata kunci.
3. Kemampuan
untuk memilih dan membaca buku ajar (text book)
Kemampuan minimal yang harus
dikuasai oleh seorang mahasiswa. Perpustakaan dengan segala tata caranya harus
merupakan bagian dari kehidupan mahasiswa. Mahasiswa harus bisa menggunakan
katalog atau software yang tersedia untuk penelusuran buku dan memilih
buku mana yang harus dibaca. Pengertian dari setiap jenis buku harus dipahami
sehingga tepat dan benar menggunakannya. Mahasiswa harus bisa membedakan mana
buku ensiklopedia, buku indeks, kamus, jurnal, catatan, dan text book.
c. Praktikum
Keinginan tahu seseorang juga seringkali
dapat dijawab dengan membaca langsung kenyataan alamnya. Dalam hal ini
kita harus mampu berdialog secara alami dan secara manusiawi.
Dalam dialog manusiawi dimana lawan
bicara kita adalah manusia juga maka lawan bicara mempunyai kemampuan untuk
mengungkapkan pikirannya sendiri dengan bahasa yang telah sama-sama diketahui.
Sedangkan dialog dengan alam terlebih dahulu kita harus melakukan kompilasi
logika alam ke dalam pikiran manusiawi kita.
Pelajaran Kimia, Fisika,
Biologi, dan ilmu pengetahuan alam lainnya pada dasarnya adalah proses
kompilasi pikiran alam ke dalam pikiran manusia yang akan terungkap kembali
saat kita berdialog dengan alam.
Berdialog dengan alam tidak mudah,
mungkin paling sulit. Oleh karena itu suatu cara sistematik perlu dikembangkan,
yaitu dengan cara membawa fenomena alam itu ke dalam laboratorium untuk
ditelaah. Praktikum pada dasarnya adalah latihan untuk memiliki kemampuan itu,
kemampuan berdialog dengan alam.
Dengan demikian praktikum bukan
sekedar cara untuk melengkapi atau menyempurnakan penguasaan materi
perkuliahan, melainkan menanamkan pengertian dan kemampuan dasar untuk dapat
berdialog langsung dengan alam secara alami dan manusiawi.
4. Metode
SQ3R
Dalam membaca buku ajar (text
book) metode SQ3R dapat digunakan, yaitu:
a. Survey
Melihat
sekilas buku dengan ilustrasinya, membaca kata pengantarnya, dan seterusnya
sehingga menimbulkan rasa ingin tahu dan bertanya.
b. Question
Bertanya-tanya tentang bahan yang
akan dibahas, dalam buku ajar seringkali disiapkan daftar pertanyaan untuk
membantu pembaca memandu rasa ingin tahunya.
c. Read
Membaca secara cepat dan menyeluruh
untuk menangkap pokok-pokok pikiran, tidak mengulang-ulang membaca kata atau
kalimat.
d. Review
Menelaah pokok-pokok pikiran yang
penting, pesan-pesan yang penting, serta kata-kata kuncinya.
e. Recall
Mengulang telaahan, membahas dan menguasai permasalahannya.
5. Ilmu dan
Agama
Berbagai upaya sistematik di atas
adalah upaya untuk menjawab keingintahuan dan pertanyaan berbagai hal yang
bersifat fisik alamiah ilmiah, baik yang nyata dan kasat mata maupun ilmiah
yang abstrak dan tidak terlihat, hasilnya adalah pemahaman ilmu alamiah dan
ilmiah. Sementara itu kehidupan manusia tidak sebatas hal-hal fisik, alamiah
dan ilmiah saja melainkan juga mencakup hal-hal yang metafisik dan gaib.
Dalam hal ingin memenuhi
keingintahuan atas hal-hal yang gaib dan metafisik ini maka pendekatan yang
paling bertanggung jawab adalah pendekatan agama dan ilahiyah, bukan sekedar
mimpi atau renungan, karena pendekatan agama merujuk petunjuk guru (Nabi
Allah), buku (Kitab Suci), dan pengalaman (Syariah) yang absah dan dapat
ditelusuri kebenarannya.
Sesungguhnya ilmu dan agama
bersumber dari Allah, dengan demikian kedua hal itu akan saling melengkapi dan
menyempurnakan, akan memberikan pemahaman dari rujukan yang utuh, menyeluruh
dan terpadu, tidak akan saling bertentangan.
Manusia mempunyai insting ingin
mengetahui yang dimanifestasikan dalam upaya mencari ilmu pengetahuan. Ilmu
pengetahuan adalah berbagai pengetahuan manusia yang disusun secara sistematik.
Secara garis besar pengetahuan terbagi menjadi dua bagian, yaitu:
a. Bukan sains
b. Sains (ilmu pengetahuan)
Ilmu pengetahuan dibangun atas dasar
bukti-bukti empirik hasil penelitian ilmiah yang didalamnya tercakup sejumlah
teori ilmiah. Teori ilmiah adalah teori-teori dalam berbagai cabang ilmu
pengetahuan yang berfungsi mendeskripsikan, memprediksi dan mengendalikan
(mengontrol).
Teori-teori ilmiah bersifat reliable,
meskipun derajat keandalannya bergantung pada keumuman dan keluasan
penerapannya, dimana semakin umum penerapannya maka semakin andal teori
tersebut.
Contoh teori Copernicus direvisi
oleh teori Kappler: matahari merupakan pusat peredaran planet yang
beredar mengelilingi matahari dengan garis edar berbentuk lonjong (elips).
Kemudian teori tersebut direvisi lagi oleh teori Newton: sistem planet dengan
matahari sebagai pusatnya disertai berbagai rumus-rumus matematika. Teori
relatifitas Einstein dianggap lebih andal dibandingkan dengan teori Newton,
karena teori relativitas mampu menjelaskan tentang gerak benda yang
kecepatannya melebihi kecepatan cahaya dan mampu menjelaskan tentang gerak
molekul dan atom.
E.
Mewujudkan Masyarakat Belajar
Secara
fisiologis manusia adalah makhluk sosial dan makhluk pembelajar. Ini berarti
bahwa setiap manusia perlu pendidikan dan perlu belajar sepanjang kehidupannya.
Sebagai bagian dari tujuan pembangunan manusia seutuhnya. Pendidikan merupakan
hak kemanusiaan setiap warga negara dan harus dipenuhi oleh negara tersebut.
Hal ini seperti yang tertuang dalam UUD 1945 alinea keempat yang berbunyi
“Negara berkewajiban mencerdaskan kehidupan bangsa”.
Seperti
juga yang tertuang dalam amanat Undang-Undang No. 2 tahun 2005 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, penyelenggaraan pendidikan merupakan tanggung jawab
bersama antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah. Hal ini menunjukkan bahwa
pendidikan pada masyarakat mutlak diperlukan dalam rangka mewujudkan pendidikan
sepanjang hayat. Pendidikan pada masyarakat dapat meningkatkan kecakapan hidup,
keterampilan hidup, sikap wirausaha dan kompetensi yang dimiliki oleh manusia.
Pendidikan
pada masyarakat juga memiliki beberapa karakteristik antara lain:
1. Tujuan pendidikan masyarakat adalah
memenuhi kebutuhan belajar yang fungsional bagi kehidupan sehari-hari.
2. Hasil belajar dapat diterapkan
langsung dalam kehidupan sehari-hari.
3. Lamanya penyelengaraan program
relatif singkat tergantung pada kebutuhan warga belajar untuk meningkatkan mutu
dan taraf hidupnya.
4. Waktu kegiatan disesuaikan dengan
kesempatan yang dimiliki warga belajar.
5. Kurikulum bervariasi dan fleksibel
sesuai dengan perbedaan kebutuhan warga belajar dan potensi yang tersedia di
masyarakat.
6. Kegiatan pembelajaran berpusat pada
warga belajar, dengan lebih menekankan kecakapan dan keterampilan yang
diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.
7. Kegiatan pembelajaran menekankan
pada inisiatif dan partisipasi warga belajar, dengan melibatkan masyarakat
sekitar.
8. Hubungan antara tutor dan warga
belajar bersifat sejajar atas dasar kefungsian.
9. Pembinaan program dilakukan secara
demokratis antara tutor warga belajar, dan pihak lain yang berpartisipasi.
Adapun
untuk mewujudkan masyarakat belajar ada beberapa program yang dapat
dilaksanakan antara lain:
a. Program pengembangan keahlian dan
peningkatan kualitas pengelola lembaga pendidikan. Program ini dilaksanakan
berdasarkan variasi latar belakang pengelola lembaga pendidikan, serta variasi
kondisi geografis dan potensi sumber daya alam yang ada di masing-masing
daerah.
b. Pemberantasan buta aksara. Masalah
buta aksara kadang dianggap masalah biasa, padahal masalah ini sangat terkait
dengan mutu suatu bangsa di mata Internasional.
c. Sebagai pembentuk generasi baru yang
berkarakter dan berdaya saing tinggi. Sebagai wadah dalam mempersiapkan SDM
yang berkualitas, berwawasan, dan berintelektual tinggi.
d. Sebagai pewaris budaya dari
pembinaan satu tahapan dari generasi satu ke generasi berikutnya.
Program
mewujudkan masyarakat belajar perlu kerjasama dari berbagai pihak baik dari
masyarakat itu sendiri ataupun dari pemerintah, baik pemerintah daerah ataupun
pusat. Dengan adanya kerjasama dari berbagai pihak diharapkan mewujudkan
masyarakat belajar bukan hal yang tidak mungkin.
F.
Upaya Mewujudkan Masyarakat Belajar
Untuk mewujudakan
masyarakat belajar, perlu adanya strategi-strategi pendidikan sepanjang hayat.
Strategi dalam rangka pendidikan sepanjang hayat itu meliputi hal-hal sebagai
berikut:
1. Konsep-Konsep Kunci Pendidikan
Sepanjang Hayat
Dalam pendidikan sepanjang hayat
dikenal adanya 4 macam konsep kunci, yaitu:
a. Konsep pendidikan sepanjang hayat
itu sendiri.
Sebagai
suatu konsep, maka pendidikan sepanjang hayat diartikan sebagai tujuan atau ide
formal untuk pengorganisasian dan penstrukturan pengalaman-pengalaman pendidikan.
Hal ini berarti pendidikan akan meliputi seluruh rentangan usia dari usia yang
paling muda sampai paling tua, dan adanya basis yang mendasari persekolahan
konfensional.
b. Konsep belajar sepanjang hayat
Dalam pendidikan sepanjang hayat
berarti pelajar belajar karena respon terhadap keinginan yang didasari untuk
belajar dan angan-angan pendidikan menyediakan kondisi-kondisi yang membantu
belajar. Jadi, istilah belajar ini merupakan kegiatan yang dikelola walaupun
tanpa organisasi sekolah dan kegiatan ini justru mengarah pada penyelengaraan
asas pendidikan sepanjang hayat.
c. Konsep pelajar sepanjang hayat
Belajar sepanjang hayat dimaksudkan
adalah orang-orang yang sadar tentang diri mereka sebagai pelajar sepanjang
hayat, melihat belajar baru sebagai cara yang logis untuk mengatasi problema
dan terdorong untuk belajar di seluruh tingkat usia dan menerima tantangan dan
perubahan sepanjang hayat sebagai pemberi kesempatan untuk belajar baru.
Dalam keadaan demikian perlu adanya
sistem pendidikan yang bertujuan membantu perkembangan orang-orang secara sadar
dan sistematik merespons untuk beradaptasi dengan lingkungan mereka sepanjang
hayat.
d. Kurikulum yang membantu pendidikan
sepanjang hayat
Kurikulum, dalam hubungan ini,
didesain atas dasar prinsip pendidikan sepanjang hayat betul-betul telah
menghasilkan pelajar sepanjang hayat yang secara berurutan melaksanakan belajar
sepanjang hayat. Kurikulum yang demikian, merupakan kurikulum praktis untuk
mencapai tujuan pendidikan dan mengimplementasikan prinsip-prinsip pendidikan
sepanjang hayat.
2. Arah Pendidikan Sepanjang Hayat
Pada umumnya pendidikan sepanjang
hayat diarahkan pada orang-orang dewasa dan pada anak-anak dalam rangka
penambahan pengetahuan dan keterampilan mereka yang sangat dibutuhkan di dalam
pendidikan.
a. Pendidikan sepanjang hayat kepada
orang dewasa
Sebagai generasi penerus, kaum muda
atau dewasa membutuhkan pendidikan sepanjang hayat ini dalam rangka pemenuhan “self interest” yang merupakan tuntutan
hidup mereka sepanjang masa. Diantara self
interest tersebut, kebutuhan akan baca tulis bagi mereka umumnya dan
latihan keterampilan bagi para pekerja, sangat membantu mereka untuk menghadapi
situasi dan persoalan-persoalan penting yang merupakan kunci keberhasilan.
b. Pendidikan sepanjang hayat bagi anak
Pendidikan
sepanjang hayat bagi anak, merupakan sisi lain yang perlu memperoleh perhatian
dan pemenuhan oleh karena anak akan menjadi “tempat awal” bagi orang dewasa
nantinya dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Program kegiatan disusun
mulai dari peningkatan kecakapan baca tulis, keterampilan dasar dan
mempertinggi daya pikir anak, sehingga memungkinkan anak terbiasa untuk
belajar, berpikir kritis dan mempunyai pandangan kehidupan yang dicita-citakan
pada masa yang akan datang.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari yang
telah diuraikan di atas dapat ditarik beberapa kesimpulan yang berkaitan dengan
penerapan pendidikan sepanjang hayat dalam mewujudkan masyarakat belajar adalah
sebagai berikut:
1. Belajar sepanjang hayat adalah
belajar seumur hidup yang merupakan kebutuhan manusia dalam usaha mengembangkan
diri serta mempertahankan eksistensinya adalah melalui belajar yang dilakukan
sepanjang hayatnya. Tanpa belajar, manusia akan mengalami kesulitan baik dalam
menyesuaikan diri dengan lingkungan maupun dalam memenuhi tuntutan hidup dan
kehidupan yang selalu berubah.
2. Dasar-dasar pendidikan sepanjang
hayat yaitu, dasar-dasar filosofis, dasar-dasar psikofisis, dan dasar-dasar
sosio-budaya.
Tujuan pendidikan sepanjang hayat yaitu:
a. Tujuan untuk pendidikan manusia
seutuhnya dengan kodrat dan hakikatnya, yakni seluruh aspek pembawaannya
seoptimal mungkin.
b. Dengan
mengingat proses pertumbuhan dan perkembangan kepribadian manusia bersifat
hidup dinamis, maka pendidikan wajar berlangsung seumur hidup. Adapun aspek pembawaan (potensi
manusia), seperti: potensi jasmani (fisiologis dan pancaindera) dan potensi
rohaniah (psikologis dan budi nurani).
3. Alasan diperlukannya pendidikan
sepanjang hayat adalah karena alasan keadilan, faktor ekonomi, faktor sosial,
faktor perkembangan iptek, dan sifat pekerjaan.
4. Masyarakat belajar (Learning Community) adalah pembelajaran
yang dilakukan kepada masyarakat dalam bentuk kelompok-kelompok. Hasil
pembelajaran diperoleh dari kerjasama. Masyarakat belajar merupakan upaya untuk
lebih melibatkan masyarakat dalam upaya-upaya membangun pendidikan untuk
kepentingan masyarakat dalam menjalankan perannya dalam kehidupan.
5. Program mewujudkan masyarakat
belajar adalah pengembangan keahlian dan peningkatan kualitas pengelola lembaga
pendidikan, pemberantasan buta aksara, pembentukan generasi baru yang
berkarakter dan berdaya saing tinggi, membentuk pewaris budaya dari pembinaan
satu tahapan dari generasi satu ke generasi berikutnya. Program ini perlu
kerjasama dari berbagai pihak baik dari masyarakat itu sendiri ataupun dari
pemerintah, baik pemerintah daerah ataupun pusat.
6. Upaya untuk mewujudkan masyarakat
belajar adalah:
a. Konsep-konsep kunci kendidikan
sepanjang hayat
1. Konsep pendidikan sepanjang hayat
itu sendiri.
2. Konsep belajar sepanjang hayat.
3. Konsep pelajar sepanjang hayat.
4. Kurikulum yang membantu pendidikan
sepanjang hayat.
b. Arah pendidikan sepanjang hayat
1. Pendidikan sepanjang hayat kepada
orang dewasa.
2. Pendidikan sepanjang hayat bagi
anak.
B.
Saran
Konsep
tentang pendidikan sepanjang hayat diharapkan akan mengubah pandangan
masyarakat bahwa pendidikan bukan hanya belajar di sekolah formal saja,
melainkan dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja, misalnya di lingkungan
keluarga dan masyarakat. Untuk mendukung konsep tentang pembelajaran sepanjang
hayat, dibutuhkan peran aktif dari masyarakat dan pemerintah. sehingga konsep
pendidikan sepanjang hayat dapat terealisasikan dengan baik.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim.
2012. ” Filosofi Pendidikan masyarakat”.
(http://www.glorianet.org/kolom/koloalla.html, diakses 10 Desember 2012).
Anonim. 2012. ”Pendidikan Seumur Hidup”. (http://my.opera.com, diakses 10 Desember 2012).
Anonim. 2012. “Belajar Seumur Hidup”. (http://gurupkn.wordpress.com, diakses 10 Desember 2012).
Syuhada, Achmad, Roosdi. 1988. Bimbingan dan Konseling dalam Masyarakat dan Pendidikan Luar Sekolah. Jakarta: Depdikbud.
Joesoef, Soelaiman. 1986. Konsep Dasar Pendidikan Luar Sekolah. Surabaya: PT Bumi Aksara.
Drs. Gino, dkk. 1999. Belajar dan Pembelajaran I. Surakarta: Depdikbud.
(http://www.glorianet.org/kolom/koloalla.html, diakses 10 Desember 2012).
Anonim. 2012. ”Pendidikan Seumur Hidup”. (http://my.opera.com, diakses 10 Desember 2012).
Anonim. 2012. “Belajar Seumur Hidup”. (http://gurupkn.wordpress.com, diakses 10 Desember 2012).
Syuhada, Achmad, Roosdi. 1988. Bimbingan dan Konseling dalam Masyarakat dan Pendidikan Luar Sekolah. Jakarta: Depdikbud.
Joesoef, Soelaiman. 1986. Konsep Dasar Pendidikan Luar Sekolah. Surabaya: PT Bumi Aksara.
Drs. Gino, dkk. 1999. Belajar dan Pembelajaran I. Surakarta: Depdikbud.
1 komentar:
sangat rapi sekali kak
umar bin khattab
Posting Komentar